Beda Garap Iklan dan Film
Sutradara film Sim F mengungkapkan pengalamannya saat menggarap film pertamanya. Apalagi film tersebut mengabadikan kisah hidup seseorang yang telah berjasa untuk negara.
“Mengabadikan kisah penting tidaklah semudah seperti kelihatannya,”ungkap Sim F pada acara seminar Citra Pariwara bertajuk “Capturing Bizzare Talents”, di Epiwalk, Jakarta Selatan, Kamis (28/11).
Setelah 12 tahun lebih menggeluti iklan sebagai sutradara, ia mencoba menggarap film ‘Susanti Love All’ atas tawaran kerja sama aktor dan host Daniel Mananta, dalam proyek ‘Damn I Love Indonesia’. Ia mengaku tertantang saat menggarap film pertamanya itu.
“Kenapa di iklan? Karena rezekinya di situ, padahal pas di awal lulus kuliah kepengen jadi sutradara film,” kisah lelaki lulusan Jurusan Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung tahun 2000 ini.
Menurut Sim, perihal teknis penggarapan film dan iklan itu sama, seperti editing, special effect, dan lain-lain.
Hal yang membedakan antara menggarap iklan dan film, menurut Sim, terdapat pada cara bagaimana men-direct dan bertutur.
“Iklan paling lama 3 menitan-lah. Kalau di film, bertutur filmnya lebih panjang. Jadi, butuh passing biar orang gak bosan,” lanjutnya.
Selain itu, Sim mengatakan menyutradarai pemain atau talent film tidaklah sama dengan saat di iklan. Menurutnya, pemain di iklan lebih mudah diarahkan daripada di film.
“Misalnya untuk senyum. Paling pemain sekedar disuruh main aja klo di iklan. Tapi kalau di film, sutradara harus kasih motivasi pemainnya. Yang sulit, kalau pemain disuruh sedih atau menangis,” katanya.
Demi mendapatkan gambar yang diinginkan, Sim mengaku sampai harus melakukan pendekatan secara personal kepada pemain. Misalnya, menggali pengalaman yang membuat pemain menangis atau sedih, demi adegan film.
“Nah, nanti ketika gua kasih arahan untuk nangis, gua ingetin pemain soal pengalaman tadi. Tujuannya ya untuk menarik emosi,” lanjut Sim.