Konperda XIII P3I Jawa Timur
Pada hari Sabtu tanggal 18 Desember 2022, bertempat di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Pengurus Daerah P3I Jawa Timur menyelenggarakan Konperensi Daerah (Konperda) ke XIII P3I Jawa Timur dengan tema “Saatnya Berlari Setelah Pandemi”.
Dihadiri oleh sebagian besar perusahaan periklanan anggota P3I Jawa Timur, rangkaian acara Konperda dicerahkan oleh sarasehan yang menghadirkan Bapak Dr Hery Margono (Sekretaris Jenderal P3I) membahas “Survival Skills”, dilanjutkan dengan laporan pertanggungjawaban dari Pengurus Daerah Jatim masa bakti 2016 – 2020 yang dipimpin oleh Ketua Pengda Bapak Haries Purwoko dan Sekretaris Umum Pengda Bapak Agus Winoto, dan diakhiri dengan pemilihan mandataris Konperda masa bakti 4 (empat) tahun selanjutnya.
Acara yang turut dihadiri oleh Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dan Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, menghasilkan terpilihnya kembali Bapak Haries Purwoko menjadi Ketua Pengurus Daerah Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jawa Timur masa bakti 2021-2025.
Dalam sambutannya, Ketua Pengda P3I Jatim terpilih menyatakan komitmen P3I dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Periklanan Jatim. Era digital sudah tidak bisa dihindari. Anggota P3I harus bisa berinovasi dan berkolaborasi. Untuk itu, SDM periklanan harus terus ditingkatkan, khususnya tentang teknologi dan digitalisasi. Peningkatan SDM periklanan tersebut bisa diwujudkan dengan memberikan pelatihan tentang teknologi digital kepada anggota, karena sejauh ini pemahaman anggota P3I (jawa timur pada khususnya) tentang digitalisasi masih cukup rendah. Di era 4.0 ini semua terkait, semua sudah berubah. Format periklanan juga sudah berubah sehingga anggota harus mengikuti perkembangan yang sangat pesat ini agar bisnis tidak tertinggal. Untuk itu Pengda Jatim nanti akan membuat pelatihan teknologi digital. Saat ini anggota di Jatim mencapai 65 perusahaan periklanan, dari jumlah itu sangat sedikit yang paham dan mengerti tentang teknologi digital. Tidak banyak, bisa dihitung jari. tidak sampai 10 persen karena kebanyakan bergerak di outdoor atau out of home advertising dan termasuk orang-orang lama. Selain itu, Pengda Jatim juga akan berupaya meningkatkan kekompakan antar anggota dan kepengurusan karena sejauh ini masih ada anggota yang kurang bersungguh-sungguh ikut membangun organisasi. Program selanjutnya adalah meningkatkan gotong royong antar anggota karena tantangan selalu ada dan jika tidak berkolaborasi bisa jatuh semua. Bisnis ini dibangun dengan gotong royong secara keseluruhan. Semoga dengan kekompakan dan gotong royong, organisasi ini bisa dibangun kembali dan mencapai bisnis yang lebih baik.
Bapak Haries juga menjelaskan, sejak 4 tahun terakhir, kondisi periklanan secara umum, khususnya di daerah telah mengalami kelesuan signifikan akibat disrupsi teknologi. Apalagi dengan hantaman pandemi dalam kurun waktu dua tahun terakhir, membuat usaha semakin menurun. Bahkan ada yang sudah gulung tikar dan beralih profesi ke usaha lainnya. Tetapi Pengda Jatim harus tetap optimis, terlebih dengan pencapaian vaksinasi yang cukup tinggi sehingga dunia usaha bisa kembali bergerak. Saatnya kembali berlari. Melalui inovasi dan kolaborasi, semua berharap industri periklanan akan kembali membaik.
Sekretaris Jenderal P3I Bapak Dr. Hery Margono mengungkapkan bahwa saat ini, kinerja industri periklan memang tengah mengalami stagnasi, padahal dalam kondisi normal belanja iklan dalam setiap tahun selalu mengalami pertumbuhan sebesar dua digit. Tahun ini belanja iklan secara nasional mencapai Rp 200 triliun hingga Rp 300 triliun per tahun. Angka ini memang tidak berubah dari tahun sebelumnya. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, diantaranya karena alokasi belanja iklan memang berkurang dan juga karena diskon besar-besaran yang dilakukan pelaku periklanan. Alokasi belanja periklanan tersebut, terbesar diserap oleh televisi sekitar 60 persen, disusul digital sebesar 20 persen dan bilboard atau out of home advertising sebesar 15 persen dan sisanya cetak serta radio. Adapun Digital ini naiknya cukup tajam. Selain karena harga lebih murah, juga terukur. Siapa yang melihat dan siapa yang like, itu bisa terlihat. Meski demikian, Hery menampik jika dikatakan bahwa digitalisasi adalah teknologi yang mematikan industri periklanan, karena sebenarnya ada ruang untuk berkolaborasi antara industri periklanan dengan teknologi digital untuk menciptakan inovasi. Sebenarnya telah terjalin berkolaborasi antara out of home advertising dengan digitalisasi untuk menciptakan inovasi, apalagi dengan tren eco friendly advertising, pasti akan lebih dahsyat dan mampu mengerek kinerja industri periklanan kembali bangkit. Karena sebenarnya iklan di luar ruangan ini masih diperlukan karena memiliki stopping power yang kuat untuk membangun persepsi. Dan iklan luar ruangan ini menjadi basis industri periklanan daerah.
Saatnya industri periklanan bangkit dan berlari!